Joint Statement by 23 NGOs:
Not Ratifying ICERD Shows that Pakatan Harapan Government Has No Will to Eliminate Racial Discrimination
Not Ratifying ICERD Shows that Pakatan Harapan Government Has No Will to Eliminate Racial Discrimination
Original title: Not Ratifying ICERD A Step Backwards for New Malaysia
23 November 2018
中文译文:不签署<消除种族歧视公约>显示:
希盟政府没有消除种族歧视意愿
(All pictures below are added by Sahabat Rakyat Editor)
We, the undersigned civil society organizations, are disappointed by the escalation of the ICERD reactions that have led to Pakatan Harapan’s announcement to call off the accession to the International Convention on the Elimination of all Forms of Racial Discrimination (ICERD).
Pakatan Harapan’s mismanagement of the issue and the lack of a unified front to counter the myths and misconceptions made by the opposers of ICERD have led to the rise and the escalation of the issue. The announcement by the Prime Minister’s Office to not ratify the ICERD is a step backwards for the new Malaysia. After promising the people and international audiences at the United Nations General Assembly (UNGA) and the recent Universal Periodic Review (UPR) to create a Malaysia that is inclusive, moderate and respected globally the Pakatan Harapan government has fallen to the call of ICERD dissidents.
We hope that this is only a step back to reflect on the way forward that will bring all parties to the table to move forward with the eventual ratification of ICERD.
We reiterate that the ratification of ICERD brings many benefits to the nation and the people. It is essential for the promotion of an inclusive, harmonious, progressive, prosperous, just and equitable nation, free from any forms of racial discrimination. This is in line with Pillar 5 of the Pakatan Harapan’s manifesto which is aimed to create a Malaysia that is inclusive, moderate and respected globally. ICERD not only helps a government to enact policies against racism but also promote understanding and empathy among races. In our context, it is the aspirational vision of Bangsa Malaysia.
Unfortunately, myths and misconceptions overshadowed the benefits of this human rights instrument.
Firstly, ICERD is in congruence with not only Islam but many religions and teachings. Many were led to believe that ratifying ICERD would undermine the position of Islam. In fact, the Prophet Muhammad denounced racism. The Prophet’s last sermon (Khutbatul Wada’) on 9 Dhul Hijjah 10AH (9 March 632) at Mount Arafat, emphasized that Islam is fundamentally against any forms of racial discrimination, regardless of if they are Muslims or not;
All mankind is from Adam and Eve, an Arab has no superiority over a non-Arab nor a non-Arab has any superiority over an Arab; also a white has no superiority over black nor does a black have any
superiority over a white, except by piety and good action.
[Al-Bukhari, 1623, 1626, 6361, Muslim 98,
Imam al-Tirmidhi 1628, 2046, 2085, Iman Ahmed Hanbal, Masnud 19774]
This is also reflected where most of the Muslim majority countries of the world, including Organisation of Islamic Cooperation (OIC) countries such as Jordan, Palestine and Saudi Arabia have ratified the ICERD. The primary institutional objective of ICERD as stated in Article 11 (A) of the OIC Charter 1972 is to eliminate “racial segregation and discrimination”.
Secondly, ICERD and the Malaysian Federal Constitution is compatible with one another. Many are under the misconception that by ratifying ICERD, Article 153 will have to be removed once it has achieved its intended objectives. In actual fact, Article 153 is not inconsistent with the aims of ICERD as Articles 1(4) and 2(2) of ICERD seeks to bring about effective or substantive equality, and not merely formal or superficial equality. Temporary special measures of this nature, in which Article 153 was drafted are not in direct conflict with the provisions of ICERD. It is only when the provisions of Article 153 are (mis)interpreted as permanently entrenching “Malay rights” or “bumiputera rights” would it be inconsistent with the aims of ICERD. Once the communities who have been left behind enjoy their equal rights, Article 153 will meet its intended objectives.
Third, ICERD does not undermine the power of the Yang di-Pertuan Agong and the Sultans. People are led to believe that ICERD would undermine the powers of the monarchs. In fact, ICERD recognizes the concept of ‘substantive equality’ in Article 2(2) where in appropriate situations, the Government can take special and concrete measures to ensure adequate development and protection of certain racial groups or individuals; hence the integrity of the Federal Constitution, the Yang di-Pertuan Agong and the Sultans are protected.
It is unfortunate that these myths and misconceptions were not adequately addressed. Such myths and misconceptions have led to the erosion of the social fabric in Malaysia.
As everyday people, we must push back against racism and extremism. We must not let the voices of bigots and extremists to continue to dominate and instigate fear ...
ICERD strives to eliminate racial discrimination. The accession to ICERD is in line with the spirit and the fundamental principles enshrined in the Malaysia Federal Constitution. It is essential for us to step up and counter the misinformation spread by the dissidents of ICERD. We urge the Pakatan Harapan government to stay true to the course of its reform agenda and deliver its promises of a New Malaysia, as stated in its manifesto.
In light with the Sustainable Development Goals of leaving no one behind, it is imperative for the Pakatan Harapan Government not to be overpowered by dissidents and stick to its commitments to ensuring equality, non-discrimination and justice for all. It is now time for the new Malaysia to commit itself to the promises of its manifesto to build a nation that is inclusive, moderate and respected globally.
Kenyataan Bersama 23 NGO:
Tidak Meratifikasikan ICERD Menunjukkan Kerajaan Pakatan Harapan Tiada Keinginan Untuk Membasmi Diskriminasi Kaum
Tajuk asal: Tidak meratifikasikan ICERD satu langkah kebelakang bagi Malaysia Baru
23hb Nov 2018
(Semua gambar ditambah oleh Editor Sahabat Rakyat)
Kami, pertubuhan-pertubuhan masyarakat sivil yang dinamakan di bawah, kecewa dengan tahap peningkatan reaksi terhadap ICERD yang membawa kepada pengumuman oleh kerajaan Pakatan Harapan untuk membatalkan penerimaan Konvensyen Antarabangsa Mengenai Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Kaum (ICERD).
Salah urus pihak kerjaan Pakatan Harapan, tanpa suara bersepakat untuk menentang mitos dan tanggapan salah yang dibuat oleh penentang ICERD telah membawa kepada kebangkitan dan peningkatan reaksi terhadap isu tersebut. Pengumuman oleh Pejabat Perdana Menteri untuk tidak meratifikasikan ICERD adalah langkah kebelakang bagi Malaysia Baru. Selepas berjanji kepada rakyat dan seluruh dunia di Perhimpunan Agung Pertubuhan Bangsa-Bangsa Bersatu (UNGA) dan di persidangan Kajian Berkala Universal (UPR), untuk membina Malaysia yang inklusif, moderat dan gemilang di persada dunia, kerajaan Pakatan Harapan telah tunduk di bawah suara-suara penentang ICERD.
Kami harap ini hanya langkah kebelakang untuk mencerminkan arah ke hadapan yang akan membawa semua pihak ke meja rundingan di mana hasilnya adalah ratifikasi ICERD di masa akan datang.
Kami ulangi bahawa ratifikasi ICERD membawa banyak faedah kepada bangsa dan negara. Ia satu keperluan untuk membentuk sebuah negara yang merangkumi semua, majmuk, progresif, berjaya, dan adil, tanpa apa-apa bentuk diskriminasi terhadap mana-mana kaum. Ini selari dengan tunggak kelima manifesto Pakatan Harapan yang ingin membina Malaysia yang inklusif, moderat dan gemilang di persada dunia. ICERD bukan hanya menolong kerajaan untuk melaksanakan polisi menentang perkauman tapi ia juga menggalakan pemahaman dan empati di antara kaum di Malaysia. Di dalam konteks kami, ia wawasan aspirasi ke arah Bangsa Malaysia.
Malangnya, mitos dan tanggapan salah telah menyelindungi faedah-faedah instrumen hak asasi manusia ini.
Pertama sekali, ICERD selari dengan bukan hanya Islam tetapi banyak lagi agama-agama lain. Ramai yang percaya bahawa ratifikasi ICERD akan menjejaskan posisi Islam. Sebenarnya, Nabi Muhammad (SAW) menentang perkauman.
Khutbah terakhirnya (Khutbatul Wada) pada 9 Dhul Hijjah 10AH (9 Mac 632) di Gunung Arafat, menekankan bahawa Islam pada asasnya menentang apa-apa bentuk diskriminasi kaum, tanpa mengira jika seseorang itu Muslim atau tidak;
Ketahuilah bahawa manusia adalah dari Adam dan Hawa, seorang keturunan Arab tidak lebih baik dari yang bukan keturunan Arab dan sebaliknya;
juga seorang yang berkulit putih tidak lebih baik dari seorang yang berkulit hitam, dan sebaliknya; kecuali dalam taqwa dan beramal soleh.
[Al-Bukhari, 1623, 1626, 6361, Muslim 98,
Imam al-Tirmidhi 1628, 2046, 2085, Iman Ahmed Hanbal, Masnud 19774]
Ini terlihat di kebanyakan negara majoriti Muslim sedunia, termasuk negara-negara Pertubuhan Kerjasama Islam (OIC) seperti Jordan, Palestin dan Arab Saudi yang telah meratifikasikan ICERD. Objektif perdana ICERD tertera di dalam piagam OIC 1972, di Artikel 11 (A) iaitu untuk menghapuskan “pemisahan dan diskriminasi kaum”.
Keduanya, ICERD serasi dengan Perlembagaan Persekutuan Malaysia. Ramai percaya bahawa ratifikasi ICERD dan perlaksanaan objektif-objektifnya akan menghapuskan Artikel 153. Sebenarnya, Artikel 153 selari dengan tujuan ICERD, kerana mengikut Artikel 1(4) dan 2(2) di dalam ICERD, ia bertujuan untuk membawa kesaksamaan yang substantif dan berkesan; dan bukan hanya yang formal dan superfisial. Tindakan khusus sementara di mana Artikel 153 telah ditulis, tidak bercanggah dengan tujuan ICERD. Ia hanya apabila Artikel 153 difahami sebagai tindakan khusus tetap sebagai “Hak Melayu” atau “Hak Bumiputra” ia akan menjadi tidak konsisten dengan tujuan ICERD. Setelah kaum yang tertinggal menikmati kesaksamaan, Artikel 153 akan memenuhi objektifnya.
Ketiga, ICERD tidak menjejaskan kuasa Yang di-Pertuan Agong dan Sultan-Sultan. Ramai yang percaya ICERD akan menjejaskan kuasa mereka. Sebenarnya, ICERD menghormati konsep ‘kesaksamaan substantif’ di dalam Artikel 2(2) di dalam situasi yang sesuai, pihak kerajaan boleh mengambil tindakan khusus dan kukuh untuk memastikan pembangunan yang sesuai dan perlindungan bagi kaum dan individu-individu tertentu; oleh itu keutuhan Perlembagaan Persekutuan, Yang di-Pertuan Agong dan Sultan-Sultan akan dilindungi.
Malangnya mitos dan tanggapan-tanggapan salah ini tidak dihuraikan dengan baik. Ia telah menyebabkan gangguan kepada susunan masyarakat di Malaysia.
Sebagai rakyat biasa, kita perlu menentang perkauman dan ekstimisme. Kita jangan biarkan suara-suara yang taksub dengan perkauman dan ektremisme, terus mendominasi dan mendesak…
ICERD bertujuan untuk menghapuskan perkauman. Penerimaan ICERD selari dengan jiwa dan prinsip Perlembagaan Persekutuan Malaysia. Kita perlu berani bersuara menentang fitnah-fitnah yang ditular oleh penentang ICERD. Kami menyeru kerajaan Pakatan Harapan untuk tidak menyimpang dari agenda reformasinya dan kotakan janji-janji Malaysia Baru, seperti yang tertera di manifestonya.
Berdasarkan Matlamat Pembangunan Mampan kearah kesaksamaan untuk semua, kerajaan Pakatan Harapan tidak boleh terlalu dipengaruhi oleh pihak yang membangkang, dan taat kepada komitmen-komitmennya untuk memastikan kesaksamaan, anti-diskriminasi dan keadilaan untuk semua. Sudah sampai masanya Malaysia Baru kotakan janji-janji manifestonya untuk membina negara yang inklusif, moderat dan gemilang di persada dunia.
Statement Endorsed by / Kenyataan disokong oleh:
- Pusat KOMAS
- Persatuan Sahabat Wanita Selangor
- SUARAM
- Komuniti Muslim Universal
- Jaringan Kampung Orang Asli Semenanjung Malaysia (JKOASM)
- University of Malaya Association of New Youth (UMANY)
- SAVE Rivers
- Sisters in Islam (SIS)
- PACOS
- BEBAS
- Society for Rights of Indigenous People (SCRIPS)
- aringan Orang Asal Semalaysia (JOAS)
- Society for the Promotion of Human Rights (PROHAM)
- Community Action Network (CAN)
- The Kuala Lumpur and Selangor Chinese Assembly Hall (KLSCAH)
- Youth Era
- Rise of Sarawak Efforts ( ROSE)
- Freedom Film Network (FFN)
- Malaysia Muda
- People Like Us Support Ourselves (PLUsos)
- Malaysian Atheists and Secular Humanists (MASH)
- Justice for Sisters
- Sahabat Rakyat / 人民之友 / மக்கள் தோழர்கள்
0 comments:
Post a Comment